Pantaskah
Allah dikatakan punya anak seperti yang disuarakan oleh orang Nashrani? Sungguh
perkataan ini adalah perkataan mungkar yang hampir membuat langit terbelah.
Allah Ta’ala berfirman,
وَقَالُوا
اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا (88) لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا (89) تَكَادُ
السَّمَوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ
هَدًّا (90) أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا (91) وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ
أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا (92)
“Dan mereka berkata: “Tuhan Yang Maha
Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” Sesungguhnya kamu telah mendatangkan
sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan
itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka menda’wakan Allah
Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah
mengambil (mempunyai) anak.” (QS. Maryam: 88-92)
Inilah
sanggahan yang telak pada orang yang menyatakan Allah memiliki anak seperti
yang disuarakan oleh orang Nashrani. Orang Nashrani menyatakan Isa sebagai
putera Allah. Juga orang Yahudi menyatakan bahwa Uzair itu putera Allah.
Sedangkan orang musyrik menyatakan bahwa malaikat adalah anak perempuan Allah.
Maha Suci Allah akan perkataan busuk mereka.
Allah
pun membantah bahwa sungguh perkataan tersebut sangat-sangat keji. Yang
menunjukkan bahayanya perkataan semacam itu, Allah katakan bahwa hampir-hampir
saja langit runtuh. Gara-gara perkataan itu pula, bumi hampir saja terbelah.
Gunung-gunung pun ikut hancur lantaran perkataan mungkar tersebut.
Ingatlah,
Allah tidak pantas dikatakan demikian. Apabila dinyatakan Allah memiliki anak,
itu menunjukkan adanya sifat kekurangan dan itu sama saja menandakan Allah itu
butuh pada makhluk. Padahal Allah itu “al ghoniy al hamiid”,
yang Maha Cukup (artinya: tidak butuh pada makhluk-Nya) dan Maha Terpuji.
Begitu
pula jika ada yang mengatakan Allah memiliki anak, berarti anak itu akan serupa
dengan orang tuanya. Padahal tidak ada yang serupa dengan Allah Ta’ala.
Demikian yang dikatakan oleh Syaikh As Sa’di dalam kitab tafsirnya, Taisir Al Karimir Rahman.
Berarti
kekeliruan dari pernyataan Allah itu memiliki anak: (1) Allah itu tidak butuh
pada makhluk, (2) Allah itu tidak serupa dengan makhluk sebagaimana kemiripan
antara orang tua dan anak.
Ka’ab
Al Ahbar mengatakan,
غضبت
الملائكة، واستعرت النار ، حين قالوا ما قالوا
“Malaikat
akan murka, api neraka akan panas menyala ketika mereka menyuarakan apa yang
mereka katakan.”
Meski
dikatakan seperti itu, Allah masih tetap memberikan rezeki. Meskipun disakiti,
Allah tetap memberikan maaf. Dalam hadits yang dikeluarkan dalam shahihain,
لَيْسَ
أَحَدٌ – أَوْ لَيْسَ شَىْءٌ – أَصْبَرَ عَلَى أَذًى سَمِعَهُ مِنَ اللَّهِ ،
إِنَّهُمْ لَيَدْعُونَ لَهُ وَلَدًا ، وَإِنَّهُ لَيُعَافِيهِمْ وَيَرْزُقُهُمْ
“Tidak ada sesuatu pun yang lebih sabar
dari bentuk disakiti yang ia dengar selain Allah. Mereka menyatakan bahwa Allah
memiliki anak. Meski demikian, Allah masih memaafkan mereka dan tetap
memberikan mereka rezeki.” (HR. Bukhari no.
6099 dan Muslim no. 2804, dari Abu Musa). Demikian pelajaran dari Tafsir Al
Qur’an Al ‘Azhim karya Ibnu Katsir rahimahullah.
Namun
tetap perkataan “Allah itu punya anak” adalah mungkar.
Ibnu
Katsir menyatakan,
وأنه
لا إله إلا هو، وأنه لا شريك له، ولا نظير له ولا ولد له، ولا صاحبة له، ولا كفء
له، بل هو الأحد الصمد:
وفي
كُلّ شَيءٍ له آيةٌ … تَدُل على أنه واحِدُ …
“Tidak
ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya,
tidak ada yang serupa dengan-Nya. Allah tidaklah memiliki anak dan istri. Tidak
ada yang semisal dengan-Nya. Allah itu Al Ahad Ash Shomad (Maha Esa dan semua
makhluk bergantung pada-Nya).
Pada
segala sesuatu terdapat ayat (tanda kuasa Allah), itu semua menunjukkan Allah
itu Esa.” Demikian dinukil dari Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim.
Dari
sini, apakah pantas seorang muslim mengucapkan selamat natal, padahal maksud
natal adalah memperingati kelahiran Isa sebagai anak Tuhan?! Tidak pantas
menyatakan pula mengucapkan natal masuk dalam perselisihan fikih, dan bukan
dalam ranah akidah.
Hanya
Allah yang memberi taufik dan hidayah.
0 komentar:
Post a Comment